Terima Kasih Kepada Para Donatur dan kepada semua pihak yang telah dan akan memberikan bantuan baik dana , Tenaga atau Pemikiran atas kelancaran Pembangunan Masjid Jami' Al Rasyidin, Semoga Alloh SWT melipat gandakan pahala seperti yang telah di janjikan-Nya ... Amin

Sabtu, 14 Mei 2011

Mari Memakmurkan Masjid


palestin2.jpg

Usianya baru 24 tahun, S1 nya ia selesaikan di sebuah perguruan tinggi di Timur Tengah. Ketika kembali ke tanah air, hidupnya lalu ia baktikan untuk pendidikan. Mengajar di pesantren tempat ia dulu menimba ilmu dan mengajar di SD Islam.
Uniknya sahabat saya ini memilih untuk tinggal di pesantren yang sebenarnya kurang nyaman bila di bandingkan dengan rumahnya sendiri. Hal itu semata – mata hanya karena ia ingin dekat dengan masjid dan bisa selalu menjalankan sholatnya fardhunya di sana. Subhanallah. Sementara orang lain seumur dengan nya sibuk memikirkan karier dan gaji yang lebih tinggi di perusahaan bonafied, dia justru memilih mengajar di pesantren dan tinggal di asrama yang banyak nyamuk, dengan kamar yang kurang nyaman dan makanan yang itu – itu saja. Semata – mata hanya karena ingin menjalankan sholat fardhu di masjid. Ya, iya adalah seorang pemuda yang hatinya tertambat pada masjid.
Suatu ketika ia mencurahkan isi hatinya, saat perayaan Maulid Nabi yang diadakan di masjid dekat rumahnya. “Alhamdulillah, acara Maulid Nabinya sukses. Saya senang sekali melihat antusias warga dalam memperingati Maulid Nabi. Tapi sayangnya saya juga sedih, kenapa ya Nda, masjid hanya penuh ketika ada perayaan Maulid dan bulan Ramadhan saja.” Ujarnya sedih di telpon. Saya bisa merasakan kegundahannya karena saya juga merasakan keprihatinan yang sama. “ Kalau hari – hari biasa, masjid hanya terisi beberapa shof saja. “
”Sesungguhnya yang memakmurkan masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada-Nya dan hari kemudian, serta (tetap) mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan tidak takut (kepada siapa pun), kecuali kepada Allah. Maka, mudah-mudahan mereka termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS Attaubah [9]: 18).

masjidil-haram.jpg
Hal pertama yang dilakukan Rasulullah SAW ketika sampai di Madinah dalam rangkaian hijrahnya adalah membangun masjid. Dari sini, kita dapat mengambil pelajaran betapa pentingnya posisi masjid dalam perjuangan kaum Muslim. Masjid itulah yang mengawali perjuangan Rasulullah SAW dan para sahabat dalam menyebarkan risalah Islam.
Sayangnya dewasa ini banyak dari kita terutama para pria yang mempunyai kewajiban memakmurkan masjid justru lebih mementingkan pekerjaan kantornya daripada meluangkan waktu untuk berjama’ah. Demi sebuah profesionalisme, kadang aqidah di nomer 2 kan, atau bahkan nomer sekian dari kegiatan – kegiatan lainnya.
Saya jadi teringat cerita seorang teman yang punya pengalaman tak terlupakan dengan seorang Bapak pengemudi becak. Ketika itu teman saya harus menuju ke suatu tempat yang kebetulan tidak dapat di lalui oleh mobil. Jadi mobilnya ia parkir, lalu ia memanggil becak untuk mengantarnya ketempat yang di tuju. Bapak pengemudi becak tersebut berhenti, tapi sebelum menyetujuinya, sang bapak menanyakan pada teman saya ini, “ Maaf bu, tapi sebentar lagi sudah masuk waktu dzuhur dan saya ingin ke masjid di depan gang itu untuk sholat dulu. Kalau ibu keberatan, silahkan ibu mencari becak yang lain saja. “ ujarnya. “ Tapi bila ibu tidak keberatan, saya akan antar ibu setelah sholat. “ “Setengahnya aku merasa seperti dipermalukan di hadapan Nya. Bagaimana mungkin aku yang punya pengetahuan cukup tinggi dan paham dengan baik tentang ibadah dalam aplikasinya kalah dengan seorang bapak tua pengemudi becak.” Ceritanya pada saya.
“Ayo, Pak ! Saya juga mau sholat dulu sebelum kesana. “ sambil naik ke becaknya teman saya menyetujui usul si bapak. Akhirnya teman saya ikut berjama’ah dengannya di masjid depan gang tersebut sebelum ke tempat yang ingin di tuju itu. Dari cerita itu saya jadi teringat sebuah surah dalam Al Qur’an, “ … Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. “ (QS Al Hujuraat [49]: 13)

masjid_nabawi-1.jpg
Bahkan seorang pengemudi becak sangat yakin bahwa rizki tak akan kemana, bila ia dekat dengan sang pemberi rizki itu sendiri. Beliau berani menolak tawaran rizki seorang penumpang hanya untuk bertakwa pada Sang Pemberi Rizki. Ujian untuk sang bapak pengemudi becak dan teguran untuk kita yang mementingkan duniawi. Beliau lebih sadar akan kewajibannya memakmurkan masjid dalam sholat fardhu nya ketimbang mereka yang di sibuk dengan pekerjaan kantor. Hal itu di buktikan teman saya dengan kosongnya shof. Masya Allah.
Seorang teman saya yang tinggal di Negara paman Sam, suatu saat pernah bercerita pada saya bahwa Masjid – masjid di New York tempatnya tinggal selalu di padati jama’ah pada jam sholat, bahkan di luar jam sholatpun tetap saja ramai. Pernah suatu saat ketika ia dengan terpaksa naik taxi untuk pulang ke flatnya, sang supir yang berkulit hitam meminta ijin untuk berhenti dulu di sebuah masjid untuk melaksanakan sholat. “Akhirnya aku ikut berjama’ah dengannya.Ah…, aku malu. Seorang supir taxi begitu taatnya, sementara aku masih perlu di ingatkan.” Ujar teman saya ini. ” Subhanallah, Manda masjidnya sangat ramai, tidak seperti ketika aku pulang ke Indonesia, bahkan satu shof saja tidak penuh.” Kesadaran umat Muslim untuk memakmurkan masjid juga terjadi di Australia, dimana masjid selalu ramai dengan jam’ah. Mungkin karena disana Muslim adalah minoritas ya ? Allahu alam.
Memakmurkan masjid. Masjid di bangun untuk di makmurkan. Rumah Allah yang seharusnya di penuhi oleh jama’ah yang ingin dekat dengan sang PEMILIK. Untuk menampung aktivitas umat juga menyatukannya sebagai sebuah kekuatan yang luar biasa. Seharusnya para pemuda Muslim menambatkan hatinya kepada masjid. Sebagai mujahid yang akan berada di barisan terdepan dalam membela agamanya. Generasi penerus umat yang akan menentukan masa depan sebuah bangsa dan agamanya.
Rasulullah SAW bersabda, ”Negeri yang paling dicintai Allah adalah masjid-masjidnya” (HR Muslim dari Abu Hurairah). masjid adalah tempat yang dimuliakan Allah SWT. Dari sinilah memancar karunia dan keberkahan Allah SWT untuk orang-orang yang hatinya selalu terkait dengan-Nya. Suatu tempat yang tidak ada satu pun masjid di dalamnya akan hampa dari keberkahan-Nya. Dan, tempat yang hampa dari keberkahan-Nya akan selalu dirundung masalah demi masalah yang membuat penghuninya hidup dalam ketidaknyamanan dan ketidaktenteraman.

masjidil-aqsa-yerusalem.jpg

Negeri ini adalah Negara dengan jumlah pemeluk agama Islam terbesar di dunia. Muslim adalah mayoritas. Masjid berdiri dimana – mana. Kita patut besyukur, di negeri ini masjid termasuk bangunan yang mudah ditemukan; dari pelosok kampung hingga kota-kota besar dengan beragam model dan ukuran. Tetapi, sudahkah masjid itu memenuhi fungsi yang semestinya? Setidaknya, masjid memiliki fungsi sebagai sarana menegakkan ukhuwah, persamaan, dan keadilan.
Allah SWT menyebutkan bahwa masjid hanya layak untuk manusia-manusia yang bertakwa, ”Masjid yang layak kalian tempati adalah yang dibangun atas landasan takwa sejak pertama kali. Di dalamnya, orang-orang suka membersihkan diri dari dosa. Allah mencintai orang-orang yang membersihkan diri mereka” (QS Attaubah [9]: 108).
Apakah kita tak ingin di sebut manusia – manusia bertakwa yang layak memakmurkan masjid ? Apakah pekerjaan dan profesionalisme jauh lebih penting dari ketakwaan kita serta penghambaan kita padaNya ? Bukankah kita ini hanya hamba ? Semangat persamaan dan keadilan tidak mungkin dapat terwujud selama kaum Muslim tidak bertemu setiap hari dalam satu shof di hadapan Allah SWT –bersama-sama berdiri dengan satu tujuan, yakni untuk menghambakan diri kepada-Nya. Jika itu bisa dilakukan setiap hari, niscaya persatuan akan terjalin. Sifat egoisme dan keangkuhan setiap individu bisa diredam dan ditaklukkan. Bukankah kita sama di hadapanNya ? Hanya ketakwaanlah yang membuat kita mulia.

masjid-al-azhar.jpg
Sungguh ironis bila kita mendapati masjid – masjid yang berdiri megah, di bangun dengan dana yang tidak sedikit, dengan gaya arsitektur yang mengagumkan namun dalam kesehariannya hanya terisi satu shof saja. Sunyi dari lantunan ayat suci yang di baca oleh jama’ah dan aktivitas ibadah lainnya.
Saya jadi teringat dengan masjid Daarut Tauhid – Bandung. Sungguh, berada di lingkungan itu membuat saya teringat akan kota Mekkah. Suasananya ramai dengan para santri , para pedagang dan tamu yang sedang berkunjung untuk wisata rohani. Namun 15 menit menjelang adzan sholat fardhu, semua toko, kios ataupun warung yang berada di sekitarnya langsung tutup untuk bersegera meramaikan masjid. Masjid nya selalu saja penuh. Dan sebagian jama’ahnya adalah para santri dan penduduk sekitar yang masih muda. Subhanallah itu terjadi tidak saja ketika ada pengajian rutin yang diadakan setiap hari Kamis malam. Namun setiap hari. Dan di luar waktu sholat masjid tersebut tetap saja di ramaikan dengan para santri dan jama’ah yang melakukan aktivitas ibadah.
Alangkah indahnya bila setiap masjid yang didirikan tidak saja di bangun untuk sebuah hiasan belaka. Alangkah berkahnya bila masjid – masjid besar dan kecil yang ada, selalu di penuhi dengan jama’ah yang melaksanakan aktivitas ibadahnya. Sungguh, mungkin negeri ini akan jauh dari bencana. Karena keberkahan yang terpancar dari ketakwaan umatnya. Seperti apapun bentuknya, masjid harus di rawat dan dan ‘dihidupkan’ kegiatannya. Menggiatkan berbagai aktivitas keagamaan yang didasari oleh semangat penghambaan kepada Allah SWT. Menjadi sentra pemberdayaan dan pembinaan umat. Yang akhirnya masjid akan memainkan fungsi nya sebagai salah satu pilar kebangkitan umat.
Sahabat saya yang saya ceritakan di awal tadi bahkan bercita – cita, kelak anak – anaknya akan ia siapkan untuk menjadi seorang ahli ibadah yang hatinya tertambat kepada masjid. Subhanallah, sebuah cita – cita yang mungkin jarang terlintas dalam pikiran kita yang masih berorientasikan dunia. Sebuah cita – cita yang tampaknya sederhana, namun justru insya Allah kaya dengan keberkahan. Semoga saja Allah menijabah doanya.

kubah-cantik.jpg
Mari mulai meramaikan dan memakmurkan masjid, tidak hanya sekedar di bulan Ramadhan dan Jum’at saja. Namun mengusahakannya di setiap waktu sholat, terutama Subuh dan Isya. Dengan begitu kita juga melatih diri untuk sholat tepat waktu, berjama’ah dan mempererat ukhuwah dengan sesama saudara Muslim. Dalam jama’ah tidak lagi ada perbedaan, tidak ada lagi pangkat dan jabatan, tidak lagi memandang kaya dan miskin. Setidaknya seperti yang sudah saya tulis diatas, Masjid memiliki fungsi sebagai sarana menegakan ukhuwah, meniadakan perbedaan dan mengutamakan keadilan. Allahu a’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar